Sunday, January 20, 2013

Boring Boring Arsenal? Are you sure? 'George Knows'


Ibarat seorang pahlawan yang kembali bangkit dari medan perang, seorang George Graham pada maret 1986 kembali lagi ke Highbury. George Graham yang pernah menjadi pemain Arsenal dari tahun 1966 - 1972 kembali pada masa baktinya ke kota London untuk menumpas dahaga publik Arsenal akan puas gelar setelah kepergiannya saat masih menjadi pemain. Bagaimana tidak? Arsenal yang waktu itu (dari tahun 1972-1986) hanya bisa meraih satu trofi FA Cup tahun 1979 dengan berhasil mengalahkan MU dengan skor 3-2 yang dimana pertandingan itu biasa disebut "Five Minutes Final" 

Graham datang ke Arsenal untuk menggantikan manajer terdahulu yaitu Don Howe setelah berhasil memberikan keberhasilan saat menukangi Milwall. Arsenal yang dipimpin Graham atas warisan Don Howe pada waktu itu terbilang Arsenal yang biasa biasa saja, mungkin sudah hampir mencapai tim papan tengah. Tetapi sejak hari pertama dia memanajerinya, perubahan pun langsung terlihat. Bisa dibilang metode yang terlihat sejak itu Graham adalah seorang manajer tanpa kompromi dengan menanamkan disiplin keras dan etos kerja yang kuat untuk para pemain. 

Kontibusi dan pengaruh Graham pada tim langsung terlihat pada musim pertamanya. Pria berkebangsaan Skotlandia ini membawa Arsenal berada di peringkat 4 Premier League dan memenangkan League Cup (waktu itu bernama Littlewods Cup) dengan mengalahkan Liverpool 2-1. 




Tahun itu terasa spesial setelah kekeringan gelar selama 8 tahun, Arsenal bagai membuka kerannya kembali. Terlebih lagi di final League Cup tahun itu  adalah pertandingan yang dikenang dengan comeback indah oleh Arsenal, setelah Ian Rush telah mencetak gol pembuka bagi Liverpool. Tetapi dua gol dicetak oleh Charlie Nicholas yang berarti bahwa Arsenal memenangkan gelar pertama dalam lebih dari 8 tahun. Di pertandingan itu Graham tau Liverpool memiliki serangan yang sangat kuat, dengan duo berbahaya Ian Rush dan Paul Walsh. Tetapi dengan menggunakan formasi 4-4-2 yang ternyata sangat efektif untuk mengimbangi Liverpool yang secara teknis jauh lebih unggul dari The Gunners.Kebetulannya lagi itu adalah pertama kalinya Liverpool kalah dalam sebuah pertandingan setelah Ian Rush mencetak gol.


Dimusim Graham berikutnya ia membuat perubahan pada jendela transfer dengan mendatangkan tiga defender, satu midfielder dan satu striker yaitu Nigel Winterburn, Alan Smith, Lee Dixon, Steve Bould dan Kevin Richardson. Transfer yang dilakukan Graham itu dilakukan untuk menjaga keseimbangan tim dengan pertahanan yang kuat. Di musim itu Arsenal lagi lagi berhasil mencapai final League Cup walaupun harus kalah dengan Luton Town dengan skor 3-2. Tetapi terlepas dari itu Arsenal disebut sebut mempunyai pertahanan terbaik dalam satu dekade terakhir sampai sebagian orang menyebut "Boring Boring Arsenal". Padahal pada faktanya Arsenal waktu itu tidak murni dengan pertahanan yang dimana David Rocastle, Michael Thomas dan Paul Merson, dan striker Alan Smith berhasil membuat goal produktif lebih dari 20 goal permusim dan tentu saja Alan Smith pada musim 1988-1989 dan 1990-1991 menerima Golden boot atas goal goal yang ia lakukan.

Kembali dimusim 1988-1989, Arsenal bersama Graham semakin matang dengan taktik pertahanannya, taktik regular yang digunakan Grahama pada waktu itu adalah dengan formasi 5-4-1. Kematangan taktik yang digunakan Graham itu langsung dibayarkan oleh trofi Premier League setelah Arsenal tidak mendapat trofi situ sejak 1971 (jangka waktu 18 tahun saat Graham masih menjadi pemain Arsenal). Kemenangan dramatis dalam meraih trofi ini disebut sebut salah satu kemenangan meraih gelar Premier League paling spektakuler di jagat Inggris. Tapi bagaimana itu bisa terjadi?

Arsenal yang waktu itu ingin meraih trofi Premier League-nya harus dijaga ketat oleh Liverpool yang berada diperingkat pertama. Arsenal yang berada diperingkat kedua itu harus menjalani laga terakhir melawan Liverpool, yang merupakan laga tunda karena terjadinya tragedi Hillsbrough. Terlebihnya lagi untuk meraih trofi itu bukan hanya sekedar menang tetapi Arsenal harus membuat selisih dua goal. Pada waktu itu hal tersebut terbilang mustahil dengan statistik jika Arsenal bermain di Anfield sejak tahun 1974 tidak pernah menang sama sekali dari 13 pertandingan dan hanya bisa seri tiga kali, dengan total goal yang terjadi Liverpool 26 - 7 Arsenal . Salah satu media olahraga terkemuka yaitu Daily Mirror pun juga memasang headline yang menarik "You Haven't Got A Prayer, Arsenal". Lalu, Apakah akan terjadi kejutan? bagaimana dengan taktik yang akan dipasang Graham pada waktu itu?


Kejutan menarik lagi lagi diberikan oleh Graham dengan kondisi yang seharusnya Arsenal lebih memilih menyerang, ia memasang kembali taktik 5-4-1 yang dimana formasi itu pada taktik aslinya memainkan Adamas dan Bould sebagai defender murni disisi kedua sayap menggunakan Nigel Winterburn dan Lee Dixon, dan David O'leary dijadikan Sweeper. Bahkan memang sejak awal pertandingan Graham mengincar clean sheet dibabak pertama, seperti dikutip dari otobiografi Perry Groves (waktu itu jadi pemain cadangan Arsenal) , Graham mengatakan sejak awal laga 
" If we concede an early goal we’re fu****. What I want to do is go in at half-time at 0-0, then I’ll be happy."
Taktik Graham terbukti ampuh dengan berhasil menahan serangan Liverpool dibabak pertama dan menahan skor 0-0 dan bahkan diawal babak pertama Alan Smith berhasil  membuat goal untuk Arsenal, boooom !!! One-Nil To The Arsenal . Dengan berhasil membuat satu goal itu  Graham tidak kunjung puas, ia segera mengganti taktik menjadi 4-4-2 dengan memasukan Perry Groves & Martin Hayes menggantikan Steve Bould & Paul Merson. Keajaiban pun terjadi di penghujung pertandingan yang tersisa 25 detik, Brian Moore yang bertindak sebagai komentator pun dengan cepat melaporkan pertandingan
Arsenal come streaming forward now in surely what will be their last attack. A good ball by Dixon, finding Smith, for Thomas, charging through the midfield. Thomas, it’s up for grabs now!”
Goaaaaaaaaaal !! 2-0 untuk Arsenal sempat membuat publik Anfield terdiam. Skema Counter Attack cepat yang berbuah goal dari Michael Thomas . We Won The League in Merseyside



Lanjut Dimusim selanjutnya 89-90 Arsenal hanya finish diposisi 4 dan tidak memenangkan gelar apapun. Setelah itu Graham di musim 90-91 Graham memboyong Andreas Limpar dan David Seaman yang langsung berkontribusi dengan memberikan Gelar EPL walaupun harus kalah di Semi Final FA Cup oleh Sp*rs dan akhirnya berbagi Trofi community Shield . Tetapi raihan kemenangan Premier League tahun itu sangat menarik setelah Arsenal hanya kalah sekali dalam semusim dan hanya kebobolan 18 kali. 

Pada September 1991 Graham berhasil memecahkan rekor transfer dengan mendatangkan Ian Wright dari Crystal Palace yang akhirnya menjadi pencetak goal kedua terbanyak di Arsenal . Arsenal juga berhasil masuk kompetisi eropa setelah 20 tahun terakhir absen  (mereka tidak boleh bersaing di turnamen 1989-1990 karena larangan klub-klub Inggris di kompetisi Eropa yang timbul dari bencana Heysel 1985). Tetapi dimusim ini Arsenal harus merasakan puasa gelar karen dibebrapa kompetisi mereka gagal bersaing walaupun Arsenal berhasil mengganti gaya bermain lebih menyerang dan mencetak 92 goal diseluruh kompetisi.



Setelah musim itu, George Graham mengubah taktiknya kembali menjadi lebih bertahan lagi. Mungkin berlawanan dengan metode salah satu tim Spanyol jaman sekarang yang bilang pertahanan terbaik yaitu dengan menyerang tapi itu berlawanan dengan metode Graham waktu itu yang bertumpu dengan goal yang dicetak Ian Wright. Seperti yang kita lihat antara musim 1986-87 sampai dengan 1991-92 Arsenal rata-rata mencetak goal di Liga adalah 66 semusim (Mencetak 81 goal dimusim 1991-92), tetapi antara 1992-93 sampai dengan 1994-95 hanya rata-rata 48 goal permusim. 


Graham yang bisa disebut "Cup-Specialist" dimusim 1992-1993 berhasil mengawinkan 2 gelar Cup sekaligus yaitu gelar FA dan League Cup dan dimusim 1993-1994 memenangkan European Cup Winners Cup  tahun 1994 setelah mengalahkan Parma 1-0 di Copenhagen yang menjadi gelar terakhir Arsenal bersama George Graham. 

Seperti yang kita baca, terdapat dua fase Arsenal yang dipegang Graham waktu itu : 
  1. Fase 1986-1992 : Fase ini adalah fase dimana Arsenal bermain dengan keseimbangan yang baik antara Pertahanan yang menjadi tumpuan untuk tim disaat menyerang. Di fase ini Arsenal dapat mencetak rata - rata 66 goal permusim. 
  2. Fase 1992-1995 : Fase ini adalah fase dimana Arsenal lebih bermain lebih bertahan dan mungkin sangat mengurangi permainannya dalam menyerang. Fase ini bisa disebut fase "Boring Boring Arsenal" dengan rata - rata 48 goal permusim dan biasa diakhir laga para rival sering mendengar chants "One-Nil To The Arsenal"

Qoutes menarik baik dari George Graham maupun tentang George Graham


"Under [George] Graham’s regime – it’s like saying you’d live in Iraq under Saddam [Hussein]. It was the same regime. He was disgusting, sick." (Anders Limpar)
“I made Tony Adams one of the youngest captains in Arsenal’s history and I never had any doubts about him doing the job. The modern game is short of dominant personalities, so Tony stands out like a beacon” (George Graham)
“I never thought of taking him off. It’s nothing to worry about, it gives the face character." (George Graham praises the grit of Andy Linighan who scored the winning goal in the 1993 FA Cup final despite suffering a broken nose during the game)
“This is enjoyable pressure.” (George Graham talks ahead of Arsenal’s title-winning decider at Anfield in 1989)
“We have laid a foundation of belief at Highbury. If you lose hope, or lose belief, you may as well get out of football. Tonight was the fairy tale, the unpredictable that makes us all love football.” (George Graham speaks in the aftermath of Michael Thomas’ legendary last-gasp title-winning goal)
Video Flashback 

Final Littlewoods Cup (League Cup) 1987




Anfield '89




League Cup 1993




European Cup Winners Cup Final

 



Sumber : 
http://www.thearsenalcollective.com/quoteboard/
http://www.arsenal.com
http://this11.com/boards/editor
 http://www.thehardtackle.com 

No comments:

Post a Comment